Selasa, 13 Juli 2010

Kenapa harus selalu kamu yang saya impikan

Judul asli: KENAPA SIH SELALU KAMU YANG AKU IMPIKAN?

Cerpen Dodiek Adyttya Dwiwanto

Kenapa sih selalu kamu yang aku impikan?

Pertanyaan ini selalu saja mengganggu benakku.  Kenapa?  Kamu bukan perempuan terindah yang pernah aku jumpai di muka bumi ini.  Kamu bukanlah bidadari yang turun dari kahyangan ke bumi.  Parasmu tidak sejelita perempuan-perempuan yang jadi kontestan Ratu Sejagad.  Tubuhmu tidak semolek foto model yang tampil semi nude di majalah khusus lelaki.  Kulitmu juga tidak putih pualam seperti bintang film Mandarin.  Tapi aura kecantikanmu justru terpancar dari dalam, dari tutur kata, perilaku dan kecerdasan yang kamu miliki.  Mungkin terdengar klise tapi itulah adanya kalau mengalaminya sendiri.

Sejak pertama kali bertemu, aku sudah melihat aura keindahan terpancar dari tubuhmu.  Kemudian aku diperkenalkan oleh temanku yang juga sepupu kamu, dengan dirimu.

Aku dan kamu kemudian bercakap-cakap.  Ada saja yang kita omongkan dari mulai masalah sepele hingga hal-hal rumit bahkan juga hal yang tidak penting untuk diobrolkan.  Kamu memang benar-benar perempuan yang luarbiasa.  Jarang ada perempuan yang bisa diajak ngobrol apa saja.

Aku makin mengagumimu dari waktu ke waktu.

Sayangnya hanya bisa sebatas kekaguman.  Kamu sudah menjadi milik orang lain.  Memang baru berstatus kekasih tapi tak lama menjelang kamu akan menjadi pasangan sehidup semati lelaki yang sangat-sangat beruntung itu.  Entahlah siapa dia.  Aku tidak mau mendengar namanya disebut.  Enggan untuk lebih tahu sosoknya yang telah merenggut perempuan idolaku.
Dan kisah ini pun berawal dari sini.

Sejak aku mengetahui kamu akan mengikat janji ikatan suci, aku makin sering memikirkan dirimu.  Siang malam.  Di sela-sela pekerjaanku, seusai makan siang, saat aku sedang menyetir mobil, saat aku sedang nongkrong di cafĂ©, bayangan kamu selalu hadir.  Sepertinya selalu menyertai langkahku pergi.  Hingga akhirnya pada suatu malam aku bermimpi tentang dirimu.  Aku sedang berada di pinggir jalan, merenung di sebuah pohon besar.  Selintas aku melihat kamu melintas menumpang sebuah taksi.  Aku langsung memanggilmu.  Tapi sayangnya di dalam taksi itu, kamu tidak mendengarnya.  Aku bergegas berlari sekuat tenaga seraya berteriak kencang.  Siapa tahu kamu bisa mendengarnya.  Ternyata tidak!

Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengejar kamu.  Seolah saat itu adalah hari terakhir aku bertemu denganmu di muka bumi ini.  Tapi taksi malah melaju dengan kencang sepertinya meledek diriku agar terus berlari kencang.
Aku terus berlari.
Aku terus berteriak memanggil namamu.
Tapi kamu masih belum mendengar.
Tapi taksi masih melaju kencang.

Sekilas aku melihat sebuah taksi kosong di dekatku.  Aku segera memberhentikannya.  Aku langsung menyuruh sopirnya untuk mengejar taksi yang kamu tumpangi.  Taksi itu masih terlihat belum jauh.

Entah kenapa taksi yang aku tumpangi jalannya menjadi pelan.  Ada apa gerangan?  Kenapa taksi melambat?  Kenapa keluar asap dari kap mesin?  Apakah mesin akan meledak?  Kenapa tiba-tiba bisa begini?  Jangan-jangan ada sabotase yang tidak menginginkan aku berjumpa denganmu?  Siapa yang tega merencanakan semua ini?  Siapa?
Mendadak taksi kembali bisa berjalan!
Aku berteriak kegirangan.

Taksi yang kamu tumpangi masih terlihat dari sini.  Masih melaju dengan cepat tapi kok masih terlihat.
Aku segera menyuruh supir untuk ngebut.
Tapi.
Halangan kembali merintangi!
Kenapa tiba-tiba ada sekumpulan mobil yang bergerak ke arah taksi yang kutumpangi.  Bukan satu dua tetapi banyak sekali.

Mereka semua meneriakkan sumpah serapah.  Salah jalan!  Kamu salah jalan!  Ini jalan satu arah!  Kamu salah jalan!
Salah jalan?
Kenapa bisa?
Tadi taksi yang kamu tumpangi bisa melintas ke arah itu.  Kenapa aku tidak melintas ke arah yang sama?
Taksi kembali ke arah yang benar. 
Aku tidak bisa mengejar dirimu.  Taksi yang kamu tumpangi sudah menghilang di balik horison.  Aku kehilangan dirimu.
Tapi aku tidak ingin kehilangan dirimu!

Mendadak aku terbangun dari tidurku.  Sial, hanya mimpi!  Aku hanya bisa duduk termangu menyesali nasibku.  Akankah aku tidak bisa bertemu lagi denganmu?  Akankah hal itu benar-benar terjadi?

Aku menceritakan hal ini kepada teman-temanku.  Semuanya mengatakan mimpi hanya bunga tidur.  Cuma pelengkap tidur!   Mungkin kamu memang obsesi dalam hidupku, jadi wajar kalau sampai terbawa dalam mimpiku.
Aku mencoba mempercayainya.
Tapi.
Kenapa mimpi itu muncul lagi?

Hampir setiap malam aku selalu memimpikan yang sama!  Aku kembali bertanya kepada teman-temanku, siapa tahu ada yang bisa membantuku.  Tapi lagi-lagi semuanya menjawab itu hanyalah bunga tidur!
Aku tidak percaya kalau itu hanya bunga tidur!
Teman-temanku malah menertawakanku.
Aku pulang.  Aku tidak ingin menjadi bahan tertawaan.  Aku berpikir sepanjang jalan menuju rumah.  Kalau aku bermimpi lagi, kali ini aku akan berusaha menjumpai dirimu.
Aku pergi tidur. 
Mimpi itu datang lagi.
Aku sedang berada di pinggir jalan, merenung di sebuah pohon besar.  Selintas aku melihat kamu melintas menumpang sebuah taksi.  Aku langsung memanggilmu.  Tapi sayangnya di dalam taksi itu, kamu tidak mendengarnya.  Aku bergegas berlari sekuat tenaga seraya berteriak kencang.  Siapa tahu kamu bisa mendengarnya.  Ternyata tidak!

Aku berusaha sekuat tenaga untuk mengejar kamu.  Seolah saat itu adalah hari terakhir aku bertemu denganmu di muka bumi ini.  Tapi taksi malah melaju dengan kencang sepertinya meledek diriku agar terus berlari kencang.
Aku terus berlari.
Aku terus berteriak memanggil namamu.
Tapi kamu masih belum mendengar.
Tapi taksi masih melaju kencang.

Sekilas aku melihat sebuah taksi kosong di dekatku.  Aku segera memberhentikannya.  Aku langsung menyuruh sopirnya untuk mengejar taksi yang kamu tumpangi.  Taksi itu masih terlihat belum jauh.

Entah kenapa taksi yang aku tumpangi jalannya menjadi pelan.  Ada apa gerangan?  Kenapa taksi melambat?  Kenapa keluar asap dari kap mesin?  Apakah mesin akan meledak?  Kenapa tiba-tiba bisa begini?  Jangan-jangan ada sabotase yang tidak menginginkan aku berjumpa denganmu?  Siapa yang tega merencanakan semua ini?  Siapa?
Mendadak taksi kembali bisa berjalan!
Aku berteriak kegirangan. 
Taksi yang kamu tumpangi masih terlihat dari sini.  Masih melaju dengan cepat tapi kok masih terlihat.
Aku segera menyuruh supir untuk ngebut.
Tapi.
Halangan kembali merintangi!
Kenapa tiba-tiba ada sekumpulan mobil yang bergerak ke arah taksi yang kutumpangi.  Bukan satu dua tetapi banyak sekali.
Mereka semua meneriakkan sumpah serapah.  Salah jalan!  Kamu salah jalan!  Ini jalan satu arah!  Kamu salah jalan!
Salah jalan?
Kenapa bisa?

Tadi taksi yang kamu tumpangi bisa melintas ke arah itu.  Kenapa aku tidak melintas ke arah yang sama?
Aku langsung bergegas turun.  Siapa tahu taksi yang kamu tumpangi juga terjebak kemacetan seperti yang aku alami?
Aku berlari ke sana ke mari.
Tapi orang-orang menghalangi.
Aku berteriak memanggil namanu.
Tapi suara orang-orang ini sepertinya menenggelamkan suaraku.
Aku terus berlari.
Tapi orang-orang ini sepertinya tidak mau minggir.
Aku berteriak makin lantang.
Namamu aku kumandangkan berkali-kali.
Tapi lagi-lagi suara-suara orang-orang yang mengganggu ini malah makin membuat suara tidak terdengar.
Aku panik!
Aku tidak melihat taksi yang kamu tumpangi!
Aku makin berteriak dengan suara yang memekakkan telingaku sendiri.
Tapi suaraku malah makin tenggelam. 
Aku bingung mau ke mana lagi.
Aku bingung!
Aku panik!
Aku kalut!
Kamu di mana sekarang?  Wahai perempuan yang telah mencuri hatiku!  Perempuan yang selalu mengisi mimpiku setiap malam.
Aku terjatuh dari ranjang.
Aku termangu sejenak.

Aku kembali gagal menemui kamu dalam mimpi.  Tidak berhasil merengkuh dirimu dalam bunga tidurku seperti juga dalam kehidupan nyata!
Aku kembali termangu.
Kenapa sih selalu kamu yang aku impikan?
Kenapa sih selalu kamu yang aku impikan?
Kenapa?
Kenapa?

Jakarta, 26 April 2005 – 26 Oktober 2006

Dodiek Adyttya Dwiwanto.  Lulusan Ilmu Komunikasi FISIPOL Universitas Gadjah Mada.  Tulisan-tulisannya seperti cerita pendek, resensi buku, dan artikel sepakbola dimuat di berbagai media cetak nasional.  Saat ini, bekerja sebagai humas di sebuah perusahaan, selain juga menjadi kolumnis sepakbola di sebuah media cetak nasional.

http://oase.kompas.com/read/xml/2010/07/06/04073351/Kamu.yang.Selalu.Kuimpikan


Tempered glass - Gadget store 0811642628

Posted via email from cienhua's posterous

Tidak ada komentar:

Posting Komentar